Sabtu, 17 Juli 2010

Jodoh Manusia ada berapa?

Sepulang sekolah Minggu, anakku Samuel bertanya di atas sepeda motor yang melaju ke rumah kami :

Pertanyaan : “Papi, berapa sih jumlah JODOH manusia? Satu, atau lebih? “

Jawabanku : “Satu, sesuai firman Tuhan…”Matius 19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?

Pertanyaan : “Tapi mengapa orang-orang bisa bercerai? Mengapa setelah 20 tahun menikah, 30 tahun menikah, punya anak banyak, punya cucu mereka lalu bercerai. Apakah istri atau suami yang ke dua atau ke tiga itu JODOH SEBENARNYA?”

Jawabanku : “Semuanya tergantung KEKERASAN HATI MANUSIA SENDIRI. Jika kita memperoleh suami / istri sesuai kehendak Tuhan, itu JODOHnya. Jika Tuhan katakan “jangan” lalu kita memaksa, itu bukan JODOHnya. Walaupun itu JODOHnya tapi kalau manusia memaksa diri – mengeraskan hati – untuk menceraikannya, siapa yang bisa mencegahnya?”

Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah." Lukas 16:18

Kesetiaan

Suatu siang, sepulang kerja aku menjemput anakku di sekolahnya. Waktu itu dia masih kelas 6 SD (tahun 2006). Dia pulang naik sepeda, bersama temannya bernama Victor. Aku membelikan mereka soft drink, lalu kuikuti mereka bersepeda pulang ke rumah. Panas sangat terasa siang itu. Anehnya, anakku tidak berbelok ke jalan menuju rumah kami, tapi malah menuju ke arah rumah temannya, Victor. Kupikir dia mau main ke sana, tapi ternyata tidak.

Pertanyaanku : “Samuel!!! Kamu mau main ke rumah Victor?”

Jawaban Samuel : “Tidak papi! Aku Cuma mau mengantar dia ke dekat rumahnya saja!”

Pertanyaanku : “Lho.. buat apa? Khan kalian bisa berpisah di sini, no problem bukan?”

Jawaban Samuel : “Benar papi! Tapi, setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, Viktor ini selalu datang lebih dulu ke rumah kita, menunggu aku. Trus kita berangkat ke sekolah bersama. SEBAGAI GANTINYA, aku khan boleh mengantarnya pulang ke dekat rumahnya?”

Kesimpulanku : “Wah, ini kesetiaan versi anakku,
Samuel!”

tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. (Keluaran 20:6)

Mengapa Ada Perang?

Waktu masih kecil, sekitar 6 tahun, Samuel bertanya padaku :

Pertanyaan : “Papi, mengapa ada perang di dunia ini?”

Jawabanku : “Wah, gimana ya? Kalau secara sederhana begini. Ada seorang, misalnya rambutnya keriting. Lalu dia bertemu dengan seorang yang tidak memiliki rambut atau gundul. Orang ini menghina orang yang tidak memiliki rambut. Lalu si gundul marah, memukul si keriting. Si keriting membalas pukul. Karena ribut, teman-teman si keriting dan si gundul datang, membela temannya, akhirnya berlarut-larut … dan terjadilah yang disebut perang! Oleh sebab itu, kita jangan suka mengejek atau menghina kondisi fisik seseorang. Jangan-jangan kita jadi pembuat perang !” [Semoga Samuel mengerti penjelasanku.]

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada
pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. (Matius 5:25)

Membantu Membuat Kue

Suatu hari, sewaktu istri saya menemukan Samuel kecil sedang memporak porandakan tepung dan macam-macam bahan masakan, istri saya marah dan menghukum Sammy.

Pertanyaan istri saya : “Mengapa kau lakukan semua ini? “ (dengan nada marah).

Jawaban Samuel kecil : “Karena aku mau bantu mami. Kulihat mami capek, aku mau bantu membuat kue… “

[Istri saya menyesal telah memarahi Samuel kecil, dan de-ngan berlinang air mata, dia memeluk Samuel kecil dan meminta maaf. . . karena telah mengukumnya!]

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; Yakobus 1:19

Suka Membantu Teman Sebangku

Ini perbuatan anakku waktu masih duduk di TK kelas 0. Dia sering ditegur oleh ibu gurunya. Mengapa? Sebab setelah diselidiki, berulang kali dia membantu menyelesaikan tugas menggambar teman-teman sebangkunya. Waktu ditanya, mengapa :

Jawab Samuel : “Kasihan mereka, tugas mereka belum selesai, maka kubantu mereka !” [Pantas… pikir bu guru… satu bangku kok gambarnya sama semua!!!]

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. Galatia 6:10

Lagu Untuk Anak Kami

Waktu anak saya, Samuel masih di dalam kandungan, seorang ibu menasehati kami di gereja, bahwa kami harus se-ring berkomunikasi dengan anak, bercakap-cakap dengan dia, walau dia masih berada di dalam kandungan ibunya. Kami setuju dengan nasehat dan konsep ibu tadi, maka kami mempraktekannya.

Kami sering bercakap-cakap dengan si kecil. Mengobrol dan bercerita tentang banyak hal. Sering, istri saya me-nyanyikan lagu-lagu pujian bagi Tuhan, dan membiasakan anak kami mendengarnya. Tentu, si Samuel kecil juga memberikan respon dengan berbagai tingkah dan reaksinya di dalam perut ibunya.

Salah satu lagu yang sering saya nyanyikan :

Tuhan Yesus setia, Dia sahabat kita
Dalam s’gala susahmu, selalu menghiburmu
Dia mengerti bahasa, tetesan air mata
Walau badai mengamuk, dan gelombang menerjang,
Tuhan Yesus setia!


Kami sadar, bahwa sebagai orang tua, sangat terbatas kemampuan kami untuk “mengerti bahasa tetesan air mata” anak kami yang akan lahir. Kami mengimani lagu ini, bahwa hanya Tuhan Yesus sendiri yang mengerti dan menjadi penghibur bagi anak kami kelak!
Sewaktu istri saya melahirkan, oleh kemurahan Tuhan, saya sempat melihat waktu anak saya dibawa oleh para suster. Saya tak sadar, ikut masuk ke dalam ruang tempat perawatan bayi. Posisi anak saya kaki dipegang seorang suster, kepalanya di bawah. Dia menangis dan menangis. Refleks, saya mendekati telinganya dan menyanyikan lagu tadi : “TUHAN YESUS SETIA”. Ajaib, bayi tadi berhenti menangis beberapa detik! Bagi saya, seolah dia mencoba me-ngenali suara saya!! Luar biasa!! Kemudian dia menangis lagi. Dan saat itulah para suster mengusir saya, karena baru sadar bahwa saya kok masuk ke ruang itu!

jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." 2 Timotius 2:13

Melihat Kak Yos Main Keyboard

Suatu hari, seorang gadis berbincang denganku seusai suatu acara.

Kata gadis itu : “Kak Yos, sekarang aku melayani TUHAN, aku main keyboard! “

Pertanyaanku : “Puji Tuhan… oh ya, kalau boleh tahu, apa yang mendorongmu untuk menjadi pelayan Tuhan dalam bidang musik?”

Jawab gadis itu : “Karena beberapa waktu yang lalu, aku sering lihat kak Yosafat melayani kebaktian para pekerja, tukang becak, pembantu rumah tangga dan orang-orang miskin di sebuah acara kebaktian. Aku sering perhatikan kak Yos main keyboard. Saat itulah aku punya kerinduan untuk melayani TUHAN lewat musik…”

Ucapanku : “Puji Tuhan!” [Walau aku tidak bisa main keyboard dengan benar dan sempurna…]

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu. 1 Timotius 4:12

Lebih Baik Dari Aku

Suatu hari aku bertemu dengan teman lama, sekarang menjadi seorang pimpinan sebuah pabrik. Dia mengatakan bahwa kondisi rohani ‘hidup’ku lebih daripada ‘hidup’nya.

Pertanyaanku : “Apa alasanmu mengatakan hal itu? Bukankah kenyataan saat ini, kamu menjadi pimpinan sebuah pabrik, produksinya juga terkenal. Punya rumah, mobil, istri dan anak-anak. Bagaimana mungkin kamu katakan bahwa kondisiku hari ini lebih baik darimu? Aku masih menyewa rumah, Cuma punya sepeda motor, dan saat ini lagi mencari pekerjaan…”

Jawab temanku : “Ya, itu fakta secara jasmani. Tapi dalam hal rohani, aku kalah dibandingkan kondisiyang kamu miliki saat ini … “

Pertanyaanku : “Dalam hal rohani? Dari mana ukurannya?”

Jawaban temanku : “Karena kamu lebih dekat kepada Tuhan dibandingkan kondisiku saat ini! Saat ini kau dalam kondisi yang kuinginkan, bagaimana hidup bisa berharap kepada Tuhan, bukan dalam kecemasan dan kekhawatiran seperti kondisiku saat ini….”

[Siang itu temanku membantuku dengan memerintahkan anak buahnya untuk kuberi pelajaran program desain grafis untuk produk mereka.]

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Yesaya 40:29

30 Hari Lagi

Pada sebuah kebaktian, aku mendengarkan pengumuman berbunyi seperti ini : “Mohon bantu doa, seseorang telah divonis dokter, tinggal 30 hari lagi…”

Pertanyaanku : “Mengapa dokter berani memberi vonis seperti itu? Apa yang bisa dilakukan seseorang yang sudah mendapat vonis … 30 hari lagi meninggal?”

Jawabanku : Saya menulis artikel yang merupakan pertanyaanku bagaimana kita menghapi kematian, salah satu hal yang pasti terjadi dalam hidup manusia, tapi tidak pasti kapan terjadinya! Tulisan ini saya kirimkan ke redaksi Warta Mingguan, sebagai berikut :

21 hari lagi…

Hari Jumat, 9 Mei 2008 seusai bermain musik di kebaktian Bible Study, aku mendengar pengumuman ini. Biasanya, aku tak merespon secara berlebihan, dengan ikut mendoakan mereka yang sakit supaya diampuni dosanya, dan disembuhkan, dan sebagainya. Namun kali ini pengumuman tersebut terbawa sampai waktu aku pulang, naik kendaraan umum (angkot), sebab anakku juga ke gereja jadi dia boncengan dengan Susan, istriku.

Di angkot, sambil menunggu penumpang penuh… aku gelisah mendengar kalimat tersebut. “…bantu doa untuk seseorang yang divonis oleh dokter, 30 hari lagi…”.

Aku berpikir, “koq berani ya dokter memberi keputusan semacam itu? 30 hari ???”. Namun mendadak aku teringat bahwa dulu pernah membaca sebuah artikel yang me-nyatakan, menurut ilmu medis / kedokteran.. secara fisik manusia bisa diketahui akan mati (fisik) sekitar 40 atau 30 hari sebelumnya. Ada “tanda-tanda” dari ilmu kedokteran yang bisa mendeteksi hal tersebut. Mungkin acuan itu yang dipakai para dokter, juga jenis penyakit, ketahanan tubuh yang dialami pasiennya.

Terus, aku merenungkan, bukankah kita semua juga SAMA-SAMA DIVONIS MATI? Tapi sayangnya kita tidak tahu berapa lama “sisa hidup” kita di dunia ini. Aku ter-ingat juga, dulu aku pernah gabung dengan satu tim yang bergerak di bidang penjualan asuransi jiwa. Betapa susahnya untuk menjual suatu produk yang manfaatnya akan berguna bagi keluarga, orang yang dicintainya, jika pembelinya sudah meninggal. Tentu ini perlu kesadaran tinggi dari pembeli tersebut. Bukan berarti jiwanya diganti, tapi setidaknya keluarga yang ditinggalkan “bisa melanjutkan menerima nafkah” dari pihak asuransi.

Salah satu semboyan di kalangan mereka waktu itu adalah : “Kematian adalah sesuatu hal yang pasti terjadi dan kita alami, tapi … belum pasti kapan terjadinya!”

Aku merenung sepanjang perjalanan pulang malam itu. Ya, apa yang kita lakukan kalau mendadak kita “diberi tahu seseorang… misalnya : “ Yosafat, umurmu tinggal beberapa hari, jam, atau menit…”. Apa kita siap? Padahal, kita pasti mati (secara jasmani)… sayangnya, belum ada yang memberi tahu kapan kematian itu kita alami.

Beberapa topik dialog saya dengan istri, anak adalah soal kematian ini. Saya katakan kepada mereka, bahwa sewaktu-waktu kita akan mati, tanpa pemberitahuan, tanpa per-siapan… oleh sebab itu adalah hal yang wajar, maka kita harus belajar “menerimanya mulai sekarang”. Sedih, memang. Menangis, harus. Berduka cita, boleh. Tapi, kehidupan akan berjalan terus. Bumi akan berputar. Kami bertiga harus siap-siap, sewaktu-waktu KEMATIAN memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai dan kasihi, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Satu pengharapan yang saya miliki saat ini, apalagi mengingat kelemahan, cacat tubuhku, dan usiaku yang bertambah, aku beriman pada ayat ini : II Korintus 5:1. “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kedi-aman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”

Ayat ini sering kuucapkan di hati, kala aku sendiri. Kusadari, dalam tubuh jasmani ini banyak kekurangannya, penyakit, cacat, dan seterusnya. Ayat ini sering menghiburku, dan kukatakan di dalam hati : “Ya, kalau aku meninggalkan “kemah” ku saat ini, di surga nanti, aku akan menggunakan “kemah” yang baru di sana!”. Penafsiranku untuk kemah, memang kuterjemahkan menjadi “tubuh jasmani”ku.

Kembali aku tercenung, setelah turun dari angkot… dan berjalan kaki menuju ke rumahku…. “Berapa siswa waktuku di bumi ini, TUHAN?” Aku hanya bisa berdoa, semoga saudaraku yang mendapat VONIS tadi juga tahu, bahwa kita semua, juga menerima VONIS yang sama, tapi sayang, kami tidak tahu ketepatan waktu itu….

sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Yakobus 4:14

Berdoa Semoga Polisi Tidak Melihat

Ini adalah doa yang diucapkan seorang ibu dalam perjalanan bersama suaminya, naik sepeda motor. Oleh karena suatu alasan, ibu ini lupa menggenakan helm.

Doa ibu / tetanggaku : “Tolong ya TUHAN, supaya pak polisi tidak melihat kami!”

Jawabanku : “Masa doa seperti itu didengar TUHAN?”

Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan,
supaya Ia mengampuni niat hatimu ini;
Kisah 8:22

Belajar Menerima Orang Lain

Tetanggaku, setelah cukup lama bergaul dengan kami (saya dan istri dan anak), mengaku telah menerima sesuatu yang baru, buat dipelajarinya. Walau usianya sudah lanjut, dia tak malu mengaku :

Pengakuan tetangga kami : “Saya, sekarang belajar dari mas Yos dan mbak Susan, bahwa kita harus bisa menerima orang lain. Dan, juga kita yang harus berubah lebih dahulu, barulah orang lain akan ikut bisa berubah!”

Jawab kami : “Kami juga masih belajar kepada Guru kami pak yaitu Tuhan Yesus.. makanya kami harus tetap rajin (setia) ke gereja !”

[Saya teringat pada salah satu nasehat yang kuingat dari seorang guru bahasa Inggrisku sewaktu di SMU (sekitar tahun 1985), dia menulis di buku kenangan yang kubuat untuk mengenang jasa-jasa mereka kepadaku : Ditulis dalam bahasa Inggris, tapi kuterjemahkan secara sederhana :

Tuhan, berilah aku keberanian
untuk mengubah apa yang BISA KUUBAH
Berilah aku ketabahan
untuk menerima apa yang TIDAK BISA KUUBAH
Dan berilah aku hikmat (wisdom)
untuk membedakan antara keduanya.


Penerapan di kehidupanku adalah : aku tidak akan memaksa orang lain berubah, tapi akulah yang harus berubah. Dan untuk mengerti ke dua hal itu, mana yang bisa kuubah dan mana yang tidak mungkin mampu kuubah, aku sangat membutuhkan hikmat dari Tuhan!]

dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Lukas 1:17

Mengapa Ke Kantor ?

Ada juga tetangga, juga sering bertanya mengapa aku kerja ke kantor!

Pertanyaan : “Kok ke kantor pak Yos? Cari sesuap nasi ya?”

Jawabanku : “Ya kalau Cuma sesuap tidak cukup pak! Sekalian sepiring beserta lauk pauknya dong? Saya juga sekolah kok pak, di kantor itu … Sekolah Kerendahan Hati!”

[Bukankah butuh kerendahan hati untuk melaksanakan tugas-tugas yang bukan ‘tanggung-jawab’ kita, tapi sengaja dibebankan kepada kita. Dan, setiap ada ‘koreksi’ dari pemberi tugas – walau itu tidak perlu – kita harus rendah hati untuk menerimanya?]

Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.
Mazmur 119:73

Mengapa Ke Gereja ?

Seorang Bapak, tetanggaku sering bertanya setiap kami siap-siap berangkat ke gereja.

Pertanyaan : “Mengapa dik Yos dan dik Susan kok rela jauh-jauh ke gereja? Saya perhatikan beberapa kali dalam satu minggu?”

Jawab kami : “Kami sekolah pak, sekolah ini mata pelajarannya banyak, di antaranya : “ketaatan dan kerendahan hati”!

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Matius 11:29

Minta Ampun Kepada Orang Tua

Tanya seorang pemuda kepadaku, apakah perlu meminta ampun atas dosa kepada orang tua, dan kapan dilakukan?

Pertanyaan : “Kak Yos, perlukah meminta ampun dosa kepada orang tua, dan waktu yang tepat, kapan melakukannya?”

Jawabanku : “Tidak ada kriteria khusus tentang hal ini, tapi saya punya pengalaman yang indah soal pengampunan. Dulu aku pernah menyakitkan hati mamaku. Sewaktu masih SMP, aku berlatih menyanyi untuk paduan suara kaum muda. Waktu itu mamaku menyuruhku melakukan suatu pekerjaan, tapi aku menolaknya, hingga mamaku menangis… “

Pertanyaan : “Kak Yos langsung minta ampun?”

Jawabanku : “Tidak, tapi sewaktu mamaku sakit, dan menjelang kematiannya, TUHAN memberikan aku kesempatan indah. Sewaktu aku mau berangkat bekerja ke kota Surabaya, suatu malam aku sempat minta ampun kepadanya… “

Pertanyaan : “Setelah itu???”

Jawabanku : “Nah, itulah peristiwa yang tak terlupakan. Setelah aku bekerja beberapa minggu, boss-ku menyuruh aku pulang ke desa. Waktu itu aku tahu, bahwa mamaku pasti sudah meninggal. Tapi aku tidak menyesal, karena aku masih DIBERI KESEMPATAN MINTA AMPUN DOSAku sebagai anak yang tentunya menyakiti hatinya!”

Pertanyaan : “Kepada papa juga?”

Jawabanku : “Ya, beberapa tahun sebelumnya, waktu aku masih duduk di bangku SMP, papakupun juga meninggal karena penyakitnya. Tapi kurang beberapa hari, sekali lagi TUHAN memberi kesempatan padaku untuk MEMINTA AMPUN padanya. Hanya selisih beberapa hari saja! Suatu hari, setelah pulang dari gereja, Firman Tuhan membimbingku untuk meminta ampun kepada papaku. Beberapa hari kemudian, papa dipanggil Tuhan!”

…. [pemuda itu terdiam. Mungkin berpikir..]

Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. Yesaya 55:7

Menjejak Kaki Ke Tanah 3 Kali

Semasa aku kecil, aku sering bermain di rumah nenekku. Suatu hari aku heran karena setiap pulang ke rumah yang ‘satu’nya, nenek sebelum menutup pintu selalu menjejakkan kakinya ke tanah, dekat pintu sebanyak 3 kali.

Pertanyaanku : “Nek, buat apa nenek menjejakkan kaki 3 kali setiap mau pulang ke rumah bibi dan meninggalkan rumah ini?”

Jawaban nenekku : “Supaya aku selamat, Yos!”

Itu cara nenekku berdoa memohon keselamatan. Kejadian puluhan tahun silam memberi pelajaran padaku supaya berdoa terlebih dahulu sebelum be-rangkat ke suatu tempat.

Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Mazmur 118:25

Darah Mamaku

Waktu mama sakit kanker kandungan, aku tahu dia tidak akan tertolong lagi. Suatu hari, sepulang dari sebuah lab. Di kota Blitar, aku naik becak dengan membawa sampel (contoh) darah mamaku. Di tanganku, aku memandang sedikit darah, yang dahulu pernah dikeluarkannya waktu melahirkan aku. Darah mama yang juga mengalir di tu-buhku saat ini.

Pertanyaanku : “TUHAN, apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan nyawa mamaku? Apakah yang bisa kulakukan? Tolonglah aku, TUHAN!”

JAWAB TUHAN : “Yos, darah mamamu yang kau pegang, kau TIDAK MUNGKIN MEMBALASNYA… apalagi Darah-Ku yang Kutumpahkan bagimu di atas salib…
kau TAK MUNGKIN MEMBALASNYA!

Jika aku mengangkat roti perjamuan suci dan gelas perjamuan suci, adegan ini terbayang jelas di mata batinku. Ya, aku tak mungkin membalas darah mamaku dan Tuhan Yesus yang sudah dialirkan bagiku!

Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibrani 9:13-14)

Papaku Perokok Berat Dan Pemikir Berat

Sewaktu papaku sakit keras, aku rasa ini karena dia perokok berat dan suka memendam perasaan, memikirkan masalahnya sendiri, suka mengalah walau di-jahati (dikhianati) oleh teman-temannya.

Pertanyaanku : “Apakah aku akan mengalami hal yang sama seperti papaku? Meninggal karena penyakit paru-parunya, dan beberapa temannya menyatakan bahwa dia terlalu ‘memikir’kan masalah yang dihadapinya dengan begitu berat!”

Jawabanku : “Aku tidak mau seperti papaku. Mati karena rokok, sebagai penyebab penyakitnya. Akhirnya mama yang menderita. Aku tidak mau merokok, dan aku tidak mau memikirkan persoalan hidup secara berle-bihan. Aku harus belajar memanajemen pikiranku, supaya bebas, dan memandang segalanya dengan wajar dan normal.”

Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk
menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
Roma 15:4

apaku Suka Membagi

Banyak hal yang kupelajari dari papaku almarhum. Sewaktu aku masih duduk di kelas SD, seingatku sepulang sekolah sering aku melihat di dapur banyak bahan-bahan masakan, sayuran dan sebagainya.

Peratanyaanku pada mama : “Ma, dari mana semua itu? “

Jawaban mama : “Ada yang memberi papamu…”

Pertanyaanku : “Siapa mereka ma?”

Jawaban mama : “Biasanya, mereka orang-orang desa, yang menserviskan arlojinya ke papamu. “

Pertanyaanku : “Service arloji khan pekerjaan papa, dan membayarnya biasanya menggunakan uang?”

Jawaban mama : “Itulah kelebihan dan kebaikan hati papamu! Jika mereka belum punya uang cukup untuk membayar ongkos service-nya, maka papamu memberikan kebebasan kepada mereka. Sebagai balas budi kebaikkan papamu, mereka melunasi ‘kekurangan ongkos service’nya dengan bonus-bonus bahan masakan, sayuran, buah dan lain-lain…”

[Selain itu, papaku juga sering membagikan hasil buruannya. Waktu itu, 30 tahun yang lalu, papa masih memiliki hobi berburu, menembak bajing / tupai atau burung. Tapi sepanjang perjalanan pulang, papa sering membagi-bagikan hasil buruannya ke teman-teman yang dijumpainya.]

Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Ibrani 12:10

Jumat, 16 Juli 2010

Kok Begini Cara Kerja Mereka?

Suatu hari, aku membantu sebuah kegiatan di gereja. Kukerjakan apa yang bisa kulakukan. Ada hal-hal yang kadang aneh, di mana banyak kegiatan, terlalu banyak “PROSEDUR”nya yang tidak perlu (sebenarnya). Aku komplain kepada TUHAN.

Pertanyaanku : “TUHAN, mengapa orang-orang yang melayani-Mu seperti begini tingkahnya? Terlalu banyak aturan yang aneh-aneh dan selalu mengatakan “katanya si A harus begitu, katanya si B harus begini.” Bagaimana bisa cepat selesai kalau begini caranya?”

Jawaban Tuhan : “ALLAH itu UNIVERSAL Yos!”

Pertanyaanku : “Apa maksudnya ?”

Jawaban Tuhan : “Selambat apapun mereka, se-RUWET apapun prosedur yang mereka ciptakan, ALLAH TETAP BEKERJA SECARA UNIVERSAL, MENYELURUH! Dan hasilnya tetap seusai TARGET-Ku!”

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah. Roma 8:28

Cinta Tuhan

Saat sibuk bekerja dan seorang diri, sering muncul pertanyaan :

Tanya Tuhan kepadaku : “Sejauh apa engkau mengasihi-Ku dan sedalam apa engkau mencintai Aku?”

Jawabanku : “Dunia punya ukuran dan ungkapan “Kasih ibu sepanjang apa dan kasih anak sepanjang apa…” Dengan bahasa dunia yang mana aku mengukur kasihku kepada-Mu? Dalam diriku Cuma ada ukuran UNTUNG ATAU RUGI saja! Secara fisik, aku seperti ini. Jarang berdoa, jarang membaca firman-Mu.. dan itu biasanya dibuat ukuran seberapa jauh aku mengasihi Engkau oleh teman-temanku, apa yang bisa kukatakan, selain bahwa itulah kemampuanku ? ”

Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, Efesus 3:18

Mengapa Bukan Aku Yang Kau Tolong?

Suatu malam saya ikut rombongan teman-teman se gereja untuk mengadakan acara ucapan syukur satu keluarga. Keluarga ini akan menyekolahkan putra mereka ke luar negeri. Dalam acara, waktu makan malam, aku bertanya :

Pertanyaanku : “TUHAN, mengapa bukan aku yang Engkau tolong? Mengapa bukan aku yang dibantu dengan masalah berat yang kuhadapi saat ini? Mengapa anak ini yang Kau ijinkan sekolah ke luar negeri? Mengapa?”

Pada akhir acara, putra keluarga tersebut diberi kesempatan menyampaikan isi hatinya.

Jawaban Tuhan : “Pemuda tadi menyampaikan ucapan
terima kasih kepada papa, mamanya, saudara-saudaranya… tamu-tamu yang datang, teman-teman segereja dan kepada kak Yosafat… “

Aku kaget mendengar namaku disebut pemuda tadi. Lalu sepanjang jalan pulang aku bertanya-tanya, me-ngapa dia menyebut namaku? Mengapa dia ingat aku? Mengapa pemuda ini berterima kasih padaku? Keba-ikan apa yang telah kulakukan padanya?

Jawaban Tuhan : “Kamu mungkin lupa, tapi Aku
mengingatnya. Demikian juga pemuda yang kepada-Ku kamu protes dan cemburu. Dia ingat, sering kali waktu di kebaktian, dia duduk di luar gereja. Lalu kamu mengajaknya berdialog. Seringkali kamu memberikan motivasi kepadanya untuk – kalau mau dan sementara orang tuanya mampu – bersekolah ke luar negeri… itulah kebaikkanmu yang diingatnya… “

Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan. Amsal 19:20

Hari Natal

Beberapa kali merayakan hari Natal :

Pertanyaan : “Kak Yos, apa yang paling terkesan pada waktu perayaan hari Natal?”

Jawabanku : “Pasti aku ingat waktu aku kecil, masih SD, hari Natal… berlatih menyanyi, menerima kado dari guru-guru sekolah minggu…
sangat menyenangkan!”

Pertanyaan : “Bagaimana dengan pribadi Tuhan Yesus?”

Jawabanku : “Itulah yang selalu membuatku bersyukur, atas kesediaan-Nya untuk lahir ke Bumi buat aku, buat kita semua! Dan, sering aku membayangkan bagaimana MASA KECIL Tuhan Yesus kita? Apakah dia seperti anak-anak kecil lainnya? Bermain-main, sekolah, belajar, dan tumbuh menjadi remaja… dan aku selalu terharu kalau membayangkan bayi YESUS ditaruh di palungan…”

Pertanyaan : “Merasa kasihan atau iba . . . ?”

Jawabanku : “Mungkin, tapi kebanyakan bersyukur dan berterima kasih apda-Nya! Apalagi ada yang mengatakan bahwa palungan di gambar-gambar itu terlalu bagus. Ada yang pernah melihat bahwa palungan itu terbuat dari BATU! Coba kita bayangkan,
bagaimana kalau kulit bayi kecil itu terkena batu yang keras . . . apakah Dia tidak menangis kesakitan waktu itu?”

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Filipi 2:8

Siapakah Yesus?

Sewaktu terjadi kegemparan karena terbitnya buku-buku yang mengoncangkan iman kita tentang Tuhan Yesus, seorang pemuda bertanya :

Pertanyaan : “Kak Yos, menurut kak Yos apakah keyakinan kak Yos terhadap Tuhan Yesus berubah dengan adanya banyak buku-buku saat ini?”

Jawabku : “Ya tidak lah… Yesus yang saya kenal tidak berubah. Hanya orang-orang di
sekitar kita yang berubah.”

Pertanyaan : “Jika ternyata terbukti buku-buku itu benar dan Tuhan Yesus yang salah . . . ?”

Jawabanku : “Saya sudah kenal Tuhan Yesus sejak kelas 2 SD, jadi sampai sekarang sekitar 33 TAHUN. Sekarang, ada orang yang mengatakan apapun tentang Tuhan
Yesus, saya tetap mengenal Dia seperti dulu. Tidak berubah. Sama seperti orang tuaku. Aku mengenal mereka sejak kecil. Jika sekarang ada seseorang atau satu keluarga mengaku aku sebagai anak mereka, tentu aku tidak akan menerimanya. Aku tetap anak orang tuaku yang kukenal selama puluhan tahun. Demikian juga dengan Tuhan Yesus yang kukenal sejak kelas 2 SD dulu… tidak berubah, apapun kata orang
tentang Dia!“

"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Mazmur 91:14

Hukuman Dari Sidang Jemaat

Suatu hari, seorang pemuda berkeluh kesah padaku karena dia merasa di”khianati” oleh teman se-kuliah-nya, sehingga mendapat hukuman dari kampusnya. Dia sangat depresi dan merasa bahwa hukuman akan diterimanya dari : lingkungan, orang-tua, guru-guru, bahkan dari sidang jemaat di gerejanya.

Pertanyaan : “Pak Yos pernah mengalami perasaan seperti saya saat ini pak? Saya malu, saya merasa terhina, dan tidak ada muka lagi kalau saya datang ke gereja… “

Jawabanku : “Ya, itulah resiko seseorang yang telah berbuat dosa, dan telah diketahui / dibuka dosanya di depan umum. Aku dulu juga pernah mengalami hal ini, bahkan mungkin sampai sekarang, banyak yang masih menuduh dan menganggap bahwa aku adalah orang yang berdosa! Walau dosa yang kuperbuat itu sudah beberapa tahun yang lalu!”

Pertanyaan : “Bagaimana cara kak Yos menghadapi itu semua?”

Jawabanku : “Memang berat, rasanya hampir tidak be-rani muncul ke gereja, sama seperti kondisimu saat ini. Tapi, setelah beberapa waktu, banyak teman yang mengkuatkan dan mendorongku kembali. Dan, aku sadar, memang itulah RESIKO yang harus kute-rima sebagai seseorang yang berbuat dosa! Jadi, walaupun aku tidak ke gereja atau ke gereja, sama saja. Aku harus menanggung akibat perbuatanku itu!”

Pertanyaan : “Berapa lama hukuman itu kak Yos terima?”

Jawabanku : “Wah, itu kadang tergantung perasaan kita. Kupikir orang-orang (teman-teman, jemaat gereja) sudah lupa atau melupakan. Tapi perkiraanku meleset, masih ada juga yang mengingat-ingat setelah bertahun-tahun. Dan, mereka juga sering menceritakan dosa-dosaku ke orang lain juga!”

Pertanyaan : “Wow!... berat juga ya, hukuman dari Sidang Jemaat??”

Jawabanku : “Itulah faktanya. Namun kadang aku menghibur diri, toh TUHAN sudah me-ngampuniku (sesuai keyakinanku) dan semoga sidang jemaat juga kelak bisa me-ngampuni aku!”

sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Mazmur 103:12

Kemurahan Tuhan

Seorang ibu yang berusia lanjut mengajarkan kepadaku, jika seseorang memuji kita, karena ke-baikan kita (atau jasa-jasa yang sudah kita lakukan / kerjakan bagi mereka), kita harus mengatakan :

Kata Ibu aku harus mengatakan : “Kemurahan Tuhan . . . Tuhan masih mau memakai kita!”

Dia juga selalu berdoa untukku, supaya aku memiliki ke-rendahan hati! Bukan tidak ada rencana Tuhan jika ibu ini memperingatkan aku terus. Beberapa hamba Tuhan juga pernah menasehatiku (dan kuyakin memang aku begitu. . .) : “Yosafat kamu JANGAN SOMBONG … karena tu-lisanmu bagus… “ dan “Yosafat kamu JANGAN BESAR KEPALA … karena gambar yang kamu buat …”.

Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Roma 2:4

Fokus Doa

Suatu malam, sekitar pukul 2 pagi, pintu rumah kami digedor oleh tetangga. Saya dan istri kaget, lalu ba-ngun dari tidur. Di depan rumah sudah berkumpul bapak-bapak dan ibu-ibu. Rupanya mereka bersepakat untuk meminta bantu doa, karena ada seorang ibu yang sakit parah, tidak mau minum obat dan makan, dan sekarang mengunci pintu kamarnya tidak mau dibuka oleh siapapun.

Setelah kami datang, saya diminta berdoa.

Tanya Saya : “Apa masalahnya dengan ibu ini?”

Para tetangga menyampaikan banyak informasi, tapi satu yang saya tangkap – ibu ini TIDAK MAU MEMBUKAKAN PINTU KAMARNYA. Di dalam dia hanya ditemani oleh suaminya dan seorang bapak tetangga kami.

Jawab Saya : Saya mengajak yang hadir dan mau berdoa mendoakan semoga ibu in “MAU MEMBUKA PINTU KAMARNYA”

Jawaban Tuhan : Beberapa menit kemudian, ibu ini
merelakan pintu kamarnya dibuka!

Kami masuk, dan saya masih diminta untuk sekali lagi mendoakan ibu ini. Saya bukan ahli berdoa. Saya tanya lagi, apa masalah ibu ini. Saya simpulkan, ibu ini tidak mau makan. Itulah kekerasan hatinya. Jika secara jasmani saja tidak mau makan, bagaiamana mengharapkan kesembuhan?

Jawab Saya : “Saya doakan lagi, supaya ibu ini diberi SEMANGAT HIDUP, supaya dia mau berjuang untuk anak dan suaminya.”

Jawaban Tuhan : Ibu ini akhirnya mau makan, dan sekarang dalam keadaan sehat.

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Markus 11:24

Selasa, 13 Juli 2010

Tugas Untuk Mendoakan Seorang Ibu

Beberapa tahun lalu, saya dan keluarga mendapat kesempatan untuk pergi ke kota Blitar, sebagai acara tahunan untuk mengunjungi keluarga kami. Banyak kegiatan kami lakukan di sana, mengunjungi famili, saling berbagi pengalaman masing-masing. Suatu hari, dalam perjalanan naik sepeda motor, di depan sebuah rumah, secara sambil lalu, saya melihat seorang ibu, dengan pakaian sederhana dan memakai topi khas, duduk bersimpuh.

Tanyaku : “Aduh, mengapa di jaman sekarang ini masih ada ya orang yang seperti ibu tadi. Berjualan. Tapi, mengapa dia sampai mau bersimpuh / berlutut di depan rumah orang ? Mengapa dia tidak berdiri saja, atau duduk di kursi atau tempat lainnya… mengapa dia harus bersimpuh? Seperti seorang yang sangat dihinakan …”

Jawaban Tuhan : “Yosafat, itu tugasmu. DOAKAN IBU TADI! “

[Sejak hari itu, aku berusaha terus mendoakan ibu tadi, yang kusebut dalam doa sebagai : “Ibu yang bersimpuh di depan rumah orang di kota Blitar”.]

Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini! 1 Raja-raja 8:28

Kamis, 08 Juli 2010

Waktu Aku Menggambar Tabernakel

Sepulang dari sekolah (SMA, sekitar tahun 1983 – 1985) aku mendapat kepercayaan untuk menggambar Tabernakel dalam ukuran besar, di papan sejenis plywood warna putih buat gerejaku. Aku memang menawarkan diri untuk menggambarnya sebab yang ada di gereja di desa kami waktu itu Cuma digambar di atas papan tulis warna hitam, dengan cat putih. Lalu gambar obyek Tabernakel digambar dengan kapur putih. Gembalaku, almarhum berkata :

Kata Gembalaku : “Yos, gambarmu nanti kelak sampai ke Amerika!”

Jawabku : “Tidak mungkin, mustahil… aku khan Cuma tinggal di desa kecil seperti ini?”

Jawaban Tuhan : “Sekarang dengan teknologi INTERNET, gambarmu bukan saja sampai di Amerika, tapi bisa sampai di seluruh dunia!” Memang, aku sering menulis Firman Tuhan yang kudengar, untuk kumuat di Internet, supaya bisa dibaca (atau tulisanku dikritik) banyak orang! Dalam hitungan detik, tulisan dan gambarku bisa dilihat siapapun juga di permukaan planet Bumi ini!]

Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion, beritakanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, Mazmur 9:12

Tuhan Hadir Di Kelasku

Waktu aku tidak bisa melihat tulisan di papan tulis, di kelas 2 SMP. Aku tidak bisa membaca sebab belum mampu membeli sebuah kacamata. Dan aku tidak bisa mengerjakan soal-soal di papan tulis.

Tanyaku : “TUHAN YESUS, jika Engkau ada di sini sekarang, aku yakin, Engkau akan mau membantuku untuk menuliskan soal-soal di papan tulis itu. Aku tidak butuh jawabannya. Aku tidak mau me-nyontek dan dicontekin. Aku Cuma butuh dituliskan soalnya saja.”

Jawaban Tuhan : Tuhan menggerakkan hati ibu guru untuk menanyakan mengapa aku belum mengerjakan soal ulangan di papan tulis. Setelah mengatahui masalah yang kuhadapi, ibu guru menyuruh teman sebangkuku menuliskan soal-soal buatku!

Pengalaman ini merupakan hal yang luar biasa bagiku! Walau secara ‘fisik’ Tuhan tidak menampilkan diri-Nya, aku belajar mengerti bahwa DIA bisa menggerakkan hati seseorang untuk menyatakan kehadiran-Nya!

Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku. Imamat 26:12

Waktu Aku Tenggelam Di Sungai

Sewaktu masih sekolah di SD, aku pernah tenggelam di sungai. Suatu hari, sepulang sekolah aku bersepeda ke sebuah “jalur dam”, di dekat rumah kami. Di sana, hari itu aku melihat anak-anak sebayaku sedang asyik berenang. Aku tak berpikir panjang, melihat betapa senangnya mereka berenang.

Langsung kubuka pakaian atasku, sepeda kutaruh begitu saja, dan aku melompat ke dalam air… dan… ini yang tidak kuduga… ternyata jalur air itu cukup dalam. (Aku pernah belajar berenang beberapa kali ke kota Kediri, tapi itu belum bisa dikatakan berenang, karena hanya main-main di air saja, dan kakiku masih bisa menyentuh dasarnya kolam renang itu). Aku langsung tenggelam! Dalam hitungan detik, aku sudah panik, karena kakiku ternyata tidak bisa menyentuh ke dasar “jalur air” tersebut.

Tanyaku : Sepersekian detik, aku ingat akan nama YESUS ini. Karena mulutku tidak bisa bersuara, aku hanya mampu berteriak di dalam hati : “YESUS! Tolong saya! YESUS, tolong aku…. !!!! “

Jawaban Tuhan : Mendadak, aku seperti memiliki kekuatan dan dorongan untuk menggerakkan ke dua kaki dan
tanganku, dan aku mencapai tepi jalur air tersebut!

Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, Mazmur 107:19

Jika Musuh Menyerang Kita

Judul tersebut merupakan judul tema kotbah Gembalaku di Surabaya yang tercantum di salah satu edisi Warta Mingguan gereja kami. Ayat pokoknya adalah “Jika seterumu lapar, berilah dia makan, Jika dia haus, berilah minum…” (Roma 12:20) Ini memang mudah didengar, tapi tidak gampang dipraktekkan. Oleh kemurahan Tuhan, saya diberi kesempatan untuk mempraktekkan hal ini.

Seperti biasa, suatu hari saya berangkat ke kantor naik bis kota. Saya selalu waspada dan berhati-hati selama ini, dan puji Tuhan . . . tidak pernah kecopetan. Tapi, ternyata hari itu, saya mengalami hal yang kurang menyenangkan : Handphone saya dicopet!

Beberapa detik setelah pencopet itu berhasil mengambil HP dari saku saya, saya langsung berniat mengejarnya, dan kalau bisa menangkapnya. Mendadak detik itu juga, sesuatu menahan langkah saya mengejar pencopet (yang sudah turun dan lari dari bis kota). Ayat tadi terlintas :

Tanya Tuhan : “Yos, apakah kau tidak mau mempraktekkan firman Tuhan yang kau dengar minggu lalu?”

Jawabku : “Ya, mau sih, tapi mengapa harus sekarang? Mengapa harus kehilangan handphoneku?”

Tanya Tuhan : “Mau atau tidak, tidak masalah . . .
Tidak ada masalah…”

Jawabku : [setelah berpikir beberapa detik]. “Baiklah, aku akan melakukan firman-Mu, walau harus kehilangan hapeku… (lalu saya berdoa) TUHAN, berkatilah pencopet itu, selamatkan jiwanya, selamatkan jiwa keluarganya. Biarlah dia mengenal dan percaya kepada nama-Mu, dan diselamatkan. Berkati juga pak sopir, pak kondektur dan seluruh penumpang bis kota ini, dan jikalau mungkin . . . selamatkan jiwa mereka semua!“

Akhirnya kubiarkan pencopet itu berlalu, dan aku meneruskan perjalanan ke kantor. Setibanya di kantor, aku mendapat ‘penghakiman’ atas kecerobohanku, bahkan beberapa teman kantor langsung tahu bahwa aku “tidak berdoa” waktu berangkat ke kantor. Waktu menelepon rumah, aku juga mendapat ‘penghakiman’ dari istriku karena aku kurang hati-hati. Namun semua kuterima dengan ikhlas, sebab aku tahu bahwa semua itu kesalahanku!

Jawaban Tuhan :
Beberapa minggu kemudian, seorang anggota jemaat memberiku sebuah handphone yang ‘lebih baik’ dari yang telah dicopet di bis kota.

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;
lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Roma 12:17

Selalu ada alasan Tuhan menolong hamba-hamba-Nya

Beberapa hari yg lalu, di kantor Gereja seorang hamba Tuhan datang / singgah untuk membeli beberapa buku nyanyian “PSALLO”. Sambil menunggu petugas yang melayaninya, saya menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan beliau, seputar lagu-lagu pujian. Saya share bagaimana seorang song leader seharusnya memiliki hikmat untuk memilih lagu-lagu yang akan dinyanyikan sidang jemaat, sehingga sidang jemaat benar-benar memuji Tuhan. Bukan hanya memilih lagu-lagu baru yang membuat jemaat hanya menjadi ‘penonton dan pendegar’ saja, namun seharusnya masih memilih lagu-lagu ‘lama’ namun bisa mengajak seluruh sidang jemaat benar-benar membuka mulut untuk memuji kebesaran nama Tuhan Yesus!

Dialog kami berlanjut hingga buku-buku “Psallo” sudah selesai dibungkus dan diserahkan kepada hamba Tuhan itu. Dia menyaksikan tentang perjuanganya di sebuah kampung yang dilayaninya, beberapa tahun silam, di pedalaman Kalimantan. Dia diminta oleh penduduk untuk meninggalkan kampung itu. Padahal, di sana sudah berdiri gereja yang dilayaninya bersama istri. Mengapa? Ternyata ada beberapa pihak yang ingin ‘mengambil alih’ gereja tsb.

Beberapa kejadian yang luar biasa dialaminya bersama keluarga dan sidang jemaat di sana. Pada suatu hari, sementara melayani sekolah minggu, mendadak dia diserang oleh seorang penduduk, dia dipukul berulang kali, dan menyebabkan tubuhnya terlempar cukup jauh. Namun sewaktu masalah ini dibawa ke pihak yang berwajib, hamba Tuhan ini menjadi kesaksian bagi semua orang, karena walaupun dipukul berulang kali, tidak ada luka sedikitpun di tubuhnya. Sehingga pihak polisi kebingungan untuk memproses kasus ini : saksi-saksi tidak bisa membuktikan bahwa pemukulan itu benar-benar terjadi, karena tidak ada bukti-bukti penganiayaan.

Sebaliknya, warga merasa ketakutan, karena salah seorang anggota sidang jemaat yang dilayaninya, yang dipercayai oleh penduduk kampung itu, tidak hadir pada peristiwa tsb. Anggota jemaat ini diyakini memiliki ‘ilmu dan kekuatan’ yang sangat menakutkan warga. Warga kuatir, jika orang ini mendengar bahwa hamba Tuhan yang melayani gerejanya dianiaya, dia akan membalas kepada para penganiaya itu dengan pembalasan yang lebih menakutkan!

Akhirnya dengan berat hati, hamba Tuhan itu beserta istri dan anak meninggalkan kampung tsb. Tindakan ini dilakukan demi keselamatan warga kampung itu. Sekarang, hamba Tuhan ini melayani di tempat lain, di pulau lain di negara kita.
Saya mengkomentari pengalaman beliau, bahwa walaupun secara fisik beliau sudah meninggalkan tempat itu, tapi saya yakin, bahwa peristiwa-peristiwa ajaib itu, akan terus diperdengarkan di kampung itu, dan kampung-kampung sekitarnya : bahwa Tuhan Yesus mampu melindungi hamba-hamba-Nya yang diutus-Nya untuk memberitakan Firman Tuhan (Injil Kristus)! Saya yakin, generasi demi generasi akan mengulangi kisah-kisah ini!

Banyak pengalaman lain yang tidak sempat dibagikan kepada kami siang itu, salah satunya : pernah anaknya tenggelam di sungai, sewaktu belajar berenang. Seluruh penduduk segera terjun ke sungai untuk mencari anak hamba Tuhan ini. Tetapi setelah lama tidak diketemukan, maka mereka mulai putus asa, dan menganggap anak itu sudah tewas karena terseret air sungai yang deras. Namun dengan iman, hamba Tuhan ini memohon dan menyeru kepada nama Tuhan Yesus, supaya menolong anaknya yang jatuh ke sungai. Puji Tuhan, Tuhan mendengar seruannya, dan anak tsb mendadak muncul dari dalam sungai. Warga segera menolong anak itu, dan sewaktu mereka berusaha mengeluarkan air yang diduga ditelan anak tsb, ajaib, tidak ada setetes airpun yang ditelannya!

Saya sangat merasa malu jika membandingkan pengalaman beliau dengan sikap-sikap kita sebagai pelayan pekerjaan Tuhan yang kadang masih sangat ‘cengeng’ dan kurang dewasa. Menghadapi sikap sesama kita yang kurang menghargai pelayanan (= pekerjaan) kita, saya sudah merasa putus asa, menyesal, dan tak jarang mengambil sikap yang tidak terpuji. Sering dari mulut saya keluar kata-kata yang tidak enak didengar, karena saya merasa tidak dihargai oleh manusia.

Seringkali secara tidak sadar, kita memamerkan pelayanan yang sudah kita lakukan, mencari puji-pujian dari manusia dan penghormatan manusia yang sangat terbatas. Bukankah Tuhan Yesus mengajarkan bahwa “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6 : 2). Jika kita memamerkan pelayanan kita kepada Tuhan, kita hanya mendapat pujian dari manusia, dan hanya itu saja yang kita terima sebagai ‘upah’ perbuatan kita!

Kemudian hamba tuhan itu kembali ke tempat pelayanannya, dengan membawa kesan yang sangat kuat di dalam diri saya (dan semoga juga dialami rekan-rekan kantor yang mendengar kesaksiannya), bahwa Tuhan Yesus pasti punya alasan untuk menyelamatkan hamba-hamba-Nya.

Beberapa detik ingatan saya juga membawa saya kepada kesaksian seorang hamba Tuhan lain yang melayani di sebuah desa di luar pulau Jawa. Dia lewat suratnya menyatakan bahwa Tuhan Yesus sangat memberkati pelayanannya di sana, bisa mendirikan gedung gereja dan mendapat bantuan dan dukungan dari seluruh sidang jemaat. “Mengapa Tuhan sangat memberkati hamba Tuhan itu?” tanya saya di dalam hati. Ketika saya ungkapkan pertanyaan ini, beberapa fulltimers di kantor itu memberikan jawaban. Ternyata, hamba Tuhan itu adalah ‘mantan’ seorang pekerja yang pernah melayani di gerejanya. Dia dikenal sebagai pengerja yang sangat rela membantu pekerjaan orang lain. Misalanya ada fulltimers atau staff kantor gereja yang pulang larut malam mengerjakan tugas-tugasnya, maka pengerja ini dengan sukarela menawarkan diri untuk mengantarkan mereka dengan mobil, pulang ke rumahnya! Jadi bagi saya, sikapnya yang suka menolong dan melayani inilah yang saat ini ‘berbuah’ dengan pelayanannya di sana!

Jawaban ini menjadi cambuk bagi saya, supaya lebih rajin mengulurkan tangan (= memberi bantuan) bagi mereka yang membutuhkan, sama seperti hamba Tuhan itu! Jika melihat sikap-sikap yang kurang terpuji dari orang lain yang selalu mau ‘dilayani tapi tidak mau melayani’ maka kesaksian 2 hamba Tuhan tadi, walau berbeda formatnya, selalu terlintas di benak saya, dan benar apa yang Tuhan Yesus ungkapkan di dalam 1 Korintus 3:8 “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.”

Marilah, kita semakin giat dalam melayani Tuhan Yesus! Amin!

Melihat wajah Tuhan

Seorang temanku memiliki kesaksian sbb :

Suatu hari, sore hari, dia pulang dari suatu tempat. Oleh karena permasalahan hidup yang dialaminya, dia merasa sangat putus asa dan kecewa.

Kemudian dia mengatakan di dalam hatinya, dia akan meninggalkan Tuhan Yesus.

Waktu itu dia sedang mengendarai mobilnya. Mendadak, pandangannya tertuju kepada awan-awan di langit, dan alangkah kagetnya karena awan itu membentuk siluet wajah Tuhan Yesus! Lebih kaget lagi, pada gambar itu, meneteslah air mata dari mata-Nya.

Dia sadar, bahwa Tuhan Yesus sangat berduka melihat sikapnya yang akan meninggalkan Dia karena putus asa menghadapi masalah kehidupan di dunia ini.

Kemudian temanku membatalkan keputusannya. Sekarang dia sudah menikah, memiliki 2 orang anak dan tetap menjadi pelayan Tuhan!

Rabu, 07 Juli 2010

Dikunjungi Yesus di Penjara.

Sejak itu, setiap kali bangun atau sebelum tidur, sesudah atau sebelum makan aku selalu memanjatkan "Doa Bapa Kami" karena hanya itulah doa yang aku tahu. Hingga pada suatu siang di tahun 1969, aku mengalami peristiwa besar yang membuatku makin percaya pada Yesus. Saat sedang terbaring di pembaringanku di penjara tiba-tiba ada sinar terang benderang masuk ke ruanganku. Bersamaan dengan sinar itu aku melihat sosok Yesus berdiri dengan tangan yang masih nampak bekas lukanya mengarah padaku seakan memberi salam berkat. Penampakan itu hanya terjadi dalam waktu sekejap saja. Aku yakin sekali, dia pasti Yesus karena wajahnya sama persis dengan gambar yang sering aku lihat ketika SMA dulu.

Diambil dari i-kan

Kamis, 01 Juli 2010

Malas makan

Seorang teman kantor (wanita) mengeluh badannya sakit... bla bla... trus mengatakan dia baru saja berlatih nyanyi untuk melayani TUHAN. Kemudian asyik, tidak mau makan.

Sekarang perutnya sakit, badannya panas dingin.

Apakah TUHAN memuji dia? Tidak! TUHAN sepenting apakah sampai dia tidak makan (dan kalau sakit, merepotkan orang).

TUHAN ingin kita menjaga tubuh kita, sebagai Bait-Nya!

Aku adalah hamba Tuhan

Seorang temanku ngotot bahwa Tuhan telah berbicara kepadanya dan mengatakan "Engkau adalah hamba-Ku, dan sebenarnya Roh Kudus-Ku sudah ada padamu...". Hal itu diterimanya pada waktu dia berbaring di tempat tidurnya karena sakit yang dialaminya, sehingga dia harus diopname di rumah sakit.

Kemudian dia menunjukkan ayat-ayat di Kitab YESAYA yang berbicara tentang "hamba Tuhan".

Jawabku : "Jika benar TUHAN berkata demikian kepadamu, maka setiap ucapan-Nya bisa dipertanggung jawabkan di hadapan semua manusia".

Artinya? Tuhan akan 'berbicara' kepada orang-orang itu juga supaya tidak terjadi benturan / konfrontasi tentang pernyataan bahwa dia adalah "hamba Tuhan".

Aku bosan ke gereja

Hari ini seorang temanku mengeluh karena dia 'bosan' ke gereja. Aku bilang, itu karena kamu belum bertemu YESUS / TUHAN.

Jika kita bisa 'bertemu' dengan Tuhan Yesus, maka ke gereja, ke pasar, ke manapun kita pergi, tidak ada rasa-rasa 'negatif' seperti itu.

Selanjutnya dia mengeluh tentang dosa-dosa masa lalunya, dan kekecewaannya terhadap hidupnya.

"Aku merasakan hubunganku dengan Tuhan sangat buruk!"

Ya, tetapi ingatlah sobat, bahwa TUHAN itu tidak seperti yang kau kira dalam memandang dirimu, diri kita.